Rabu, 25 November 2009

puisiku,,,

sayang,,,itulah kata yang pantas kuucap,,,karena ku sangat menyayangmu,,,

cinta ....ku ucap kata itu ,,,,karena ku sangat mencintaimu,,,

rindu,,,,,,kata ini terucap dari bibirku karena ku sangat merindukanmu,,,,,

dan terakhir,,,aku ingin mengucapkan 3 kata ,,,,

AI,,,,LUPH...UUU

puisiku,,,

Cinta kau membuat ku membuat kau berarti,,,,tanpamu tak akan tergurat senyuman di wajahku,,,,,,Hari demi hari ,,,kau temani aku,,dengan kasih sayangmu,,,kau sayang aku,,,dengan cintamu,,,kau cinta aku,,,dengan hatimu kau jaga hatiku,,

cinta,,,,cinta,,,,cinta,,,, . tak ada kata lain selain cinta,,,cintaku padamu slamanya,,,,,,

Rabu, 18 November 2009

remaja "nakal"

SEBUAH penelitian terbaru yang dilakukan di Amerika melaporkan penderita penyakit menular seksual (PMS) tertinggi terjangkit pada remaja-remaja "nakal".

Penelitian sebelumnya juga menemukan angka PMS yang relatif tinggi pada narapidana remaja. Namun, risiko PMS pada remaja "nakal" yang terjaring dan kemudian dilepaskan kembali masih kurang digali.

Sebuah penelitian terbaru yang merupakan proyek pertama di Hillsborough Country, Florida, AS, berupaya melakukan tes terhadap remaja-remaja "nakal" segera setelah mereka terjaring, dan sebelum ada keputusan apakah mereka akan dilepaskan atau ditahan. Semua remaja "nakal" tersebut diminta sampel urinenya untuk diperiksa ada tidaknya keterkaitan dengan narkoba, sekaligus dilakukan cek penyakit IMS seperti gonorrhea dan chlamydia.

Dari 900 remaja yang bersedia dites, 13 persennya terdeteksi terkena gonorrhea, chlamydia, atau keduanya. Angka ini hampir sama dengan angka PMS pada narapidana remaja.

Temuan ini mengindikasikan perlunya protokol skrining PMS yang mudah bagi remaja-remaja "nakal" di jalanan dan lembaga pemasyarakatan karena mereka cukup berisiko tinggi terkena PMS," ujar peneliti seperti tertulis dalam jurnal Sexually Transmitted Diseases (Penyakit Menular Seksual).

Dengan adanya tes rutin PMS secara gratis pada remaja segera setelah terjaring, kepala penelitian Dr Steven Belenko dari Universitas Temple di Philadelphia, meyakini bahwa hal itu dapat memberi manfaat cukup besar bagi kesehatan umum.

Studi tersebut melibatkan 948 remaja wanita dan pria usia 12-17 tahun yang terjaring di jalanan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan urine sebelum diputuskan dilepas atau ditahan untuk direhabilitasi.

Secara keseluruhan, sebanyak 10,5 persen remaja pria terdeteksi positif chlamydia dan gonorrhea, dan 19 persen pada remaja wanita. Tim peneliti juga mengidentifikasi tiga faktor risiko terbanyak mereka terkena PMS, yakni remaja putri dari ras kulit hitam, pernah tinggal lembaga pemasyarakatan, dan pernah berhubungan intim dengan tiga atau lebih partner seks.

kenakalan remaja

Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.
Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:
- kurangnya kasih sayang orang tua.
- kurangnya pengawasan dari orang tua.
- pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.
- peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.
- tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.
- dasar-dasar agama yang kurang
- tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya
- kebasan yang berlebihan
- masalah yang dipendam
Dan saya dapat memberikan beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat berguna bagi anda.

seks bebas

Seks Bebas Remaja Indonesia Merajalela
Orangtua mana yang tak bergidik mengetahui data tentang perilaku seks bebas remaja Indonesia masa kini dibawah ini. Seks bebas sungguh telah menjadi hal biasa! Bagaimana cara menangkalnya? Penelitian di pelbagai negara menemukan bahwa anak remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks bebas, jika mereka dapat membicarakan masalah seks dengan orang tuan. Artinya, orang tua harus menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anaknya! Telah siapkah kita, para orangtua menjadi pendidik seksualitas bagi anak-anak kita? Bagaimana meluweskan lidah kita agar tak kelu ketika harus bicara saru dengan anak-anak kita?
Dan untuk mengetahui data lebih lengkap tentang perilaku seks bebas remaja masa kini, silahkan simak artikel di bawah ini.
Pergaulan Bebas
KH Abdul Rasyid Abdullah Safii terlihat resah sekali. Pemimpin Yayasan Perguruan Islam As-Syafi’iyah ini memberikan beberapa lembar kliping koran. ”Tolong baca ini. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada bangsa ini,” katanya singkat. Kiai Rasyid tak banyak bicara, namun raut wajahnya memperlihatkan betapa ia risau betul atas pemberitaan media massa itu.
Fotokopi kliping berbagai media itu, ketika saya baca, memang sangat merisaukan. Media Indonesia (6/1) mengutip Kantor Berita Antara menulis, ”85 Persen Remaja 15 Tahun Berhubungan Seks”. Warta Kota (11/2) memberi judul, ”Separo Siswa Cianjur Ngesek”. Kemudian, Harian Republika terbitan 1 Maret 2007 menulis, ”Penyakit Menular Seksual Ancam Siapa Pun”. Dalam berita itu ditulis pula, ”Hampir 50 persen remaja perempuan Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.”
Berita di Republika mengutip hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Survei dilakukan pada 2003 di lima kota, di antaranya Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Hasil survei PKBI, yang juga dikutip Media Indonesia, menyatakan pula bahwa sebanyak 85 persen remaja berusia 13-15 tahun mengaku telah berhubungan seks dengan pacar mereka. Penelitian pada 2005 itu dilakukan terhadap2.488 responden di Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang, Palembang, dan Kupang.
Ironisnya, menurut Direktur Eksekutif PKBI, Inne Silviane, hubungan seks itu dilakukan di rumah sendiri –rumah tempat mereka berlindung. Sebanyak 50 persen dari remaja itu mengaku menonton media pornografi, di antaranya VCD. Dari penelitian itu pula diketahui, 52 persen yang memahami bagaimana kehamilan bisa terjadi.
Penelitian lain dilakukan Annisa Foundation, seperti dikutip Warta Kota. Diberitakan, 42,3 persen pelajar SMP dan SMA di Cianjur telah melakukan hubungan seksual. Menurut pengakuan mereka, hubungan seks itu dilakukan suka sama suka, dan bahkan ada yang berganti-ganti pasangan. Penelitian ini dilakukan Annisa Foundation (AF) pada Juli-Desember 2006 terhadap 412 responden, yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri serta swasta.
Laila Sukmadewi, Direktur Eksekutif AF, mengatakan hubungan seks di luar nikah itu umumnya dilakukan responden karena suka sama suka. Hanya sekitar 9 persen dengan alasan ekonomi. ”Jadi, bukan alasan ekonomi. Yang lebih memprihatinkan, sebanyak 90 persen menyatakan paham nilai-nilai agama, dan mereka tahu itu dosa,” ujar Laila. Dijelaskan, sebagian besar mereka menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas, sebanyak 12 persen menggunakan metode coitus interuptus.
Fakta-fakta itu telah menjelaskan kerisauan KH Rasyid. Ia berujar dalam nada getir, ”Bencana yang terus menimpa bangsa ini dapat diperbaiki, namun bencana akibat rusaknya moral, bagaimana memperbaikinya?” Tidak hanya KH Rasyid, siapa pun yang peduli terhadap bangsa ini, tentu menarik napas dalam-dalam. Betapa pilu, para remaja itu paham pada ajaran agama, paham dosa, dan akibat yang ditimbulkannya. Pasti ada yang salah terhadap bangsa ini.
Tayangan televisi, media-media berbau porno, semakin mendekatkan para remaja itu melakukan hubungan seks di luar nikah. VCD dan DVD porno begitu mudah diperoleh hanya dengan Rp 5.000. Sekali dirazia, setelah itu bebas lagi diperjualbelikan. Sistem pendidikan yang mengejar angka-angka pun memberi andil kerusakan generasi muda itu.
Hasil survei itu semestinya menyadarkan kita, para pendidik, orang tua, ulama, pengelola televisi, media massa, dan tentu juga pemerintah. Angka-angka yang terungkap itu, boleh jadi puncak gunung es. Setelah ini, apakah kita membiarkan bencana moral itu terus berlangsung –yang nauzubillahdapat saja menimpa keluarga kita?

Kamis, 05 November 2009

PERGAULAN FREE


Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan bebas semakin meningkat terutama di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang tua.
Sebelumnya para peneliti ini telah menemukan hubungan antara tayangan seks di televisi dengan perilaku seks para remaja. Dengan mengambil sampel sebanyak 1,017 remaja berusia 12 sampai 14 tahun dari Negara bagian North Carolina, AS yang disuguhi 264 tema seks dari film, televisi, pertunjukan, musik, dan majalah selama 2 tahun berturut-turut, mereka mendapatkan hasil yang sangat mengejutkan.
Secara umum, kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia 14 hingga 16 tahun 2,2 kali lebih tinggi ketimbang remaja lain yang lebih sedikit melihat eksploitasi seks dari media.
Maka tidak mengherankan kalau tingkat kehamilan di luar nikah di Amerika Serikat sepuluh kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara industri maju lainnya, hingga penyakit menular seksual (PMS) kini menjadi ancaman kesehatan publik disana.
Pada saat yang sama, orang tua juga melakukan kesalahan dengan tidak memberikan pendidikan seks yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka mendapat pemahaman seks yang salah dari media. Akhirnya jangan heran kalau persepsi yang muncul tentang seks di kalangan remaja adalah sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bebas dari resiko (kehamilan atau tertular penyakit kelamin).
Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa teman-teman sebaya mereka juga sudah terbiasa melakukan seks bebas. Mereka akhirnya mengadopsi begitu saja norma-norma sosial "tak nyata" yang sengaja dibuat oleh media.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics, serta sebagian dalam Journal of Adolescent Health. Namun sayangnya, hasil penelitian tersebut belum melihat bagaimana dampak informasi seks di internet pada perilaku seks remaja.
Dengan mendapatkan temuan-temuan lain yang lebih konsisten, mungkin kita tak perlu menunggu lama untuk membuktikan bahwa media memiliki peranan penting dalam pembentukan norma seksual di kalangan remaja. (reuters/dni)